Saturday, June 27, 2015




horned Viper

Ditemukan di padang pasir Afrika Utara dan Timur Tengah, ular ini memiliki tanduk kecil, biasanya berukuran 50 cm. Mereka memiliki sepasang tanduk di atas mata, tetapi ada juga beberapa individu yang tidak punya atau hanya tumbuh sedikit. Mereka berbisa, tetapi gigitan mereka biasanya tidak fatal bagi manusia. Viper bertanduk ini secara resmi bernama “Cerastes Cerastes” tahun 1768, oleh naturalis Austria Nicolaus Laurenti. Cerastes adalah rakasa mistis asal Yunani , seekor ular yang bersembunyi di bawah pasir di padang pasir dan menyergap setiap makhluk yang lewat, menggunakan tanduk sebagai sebuah daya tarik.



Burrowing Asp

The Asp adalah ular bertubuh kecil dari Afrika yang menghabiskan sebagian besar waktu bawah tanah. Ia makan tikus, dan memiliki taring besar yang berfungsi pada dasarnya sebagai pencengkram berbisa, menonjol keluar dari mulut ketika digunakan. Taringnya juga fleksibel dan dapat dipindahkan secara bebas, yang berarti bahwa ular ini dapat menusuk mangsanya hanya dengan satu taring, dan setelah itu telah membunuh korban. Karena sifat kardiotoksik dan nekrotik, dan kemampuannya untuk menyuntikkan lebih dalam dari ular lain (karena “taring”nya panjang) ular ini sangat berbahaya bagi manusia.




Tiger Keelback

Juga dikenal sebagai Yamakagashi, atau ular Air Jepang , spesies ini kebanyakan ditemukan di Asia Timur. Bentuknya kecil, jarang melebihi satu meter, dan sangat pemalu, sehingga banyak fakta bahwa mereka dianggap tidak berbahaya, sampai seseorang meninggal karena gigitan yamakagashi di tahun 80-an. Karena taring berbisa yang berlokasi di bagian belakang rahang, mereka tidak dapat menyuntikkan racun mereka dengan mudah seperti ular lainnya. Makanan utamannya adalah katak dan kodok. Selain berwarna warna-warni cerah, Tiger Keelbacks ada yang berwarna normall. Baru-baru ini, ditemukan bahwa pakan ular ini kebal terhadap kodok beracun; tidak hanya kebal terhadap racun katak, tetapi mereka benar-benar bisa “menyimpan” racun katak ini di dalam kelenjar di leher.Ketika terancam, dia bisa melepaskan dua racunnya (racun pribadi dan racun katak yang dimangsanya).





Flying Snake (Ular Terbang)

Ular terbang ditemukan di hutan hujan di India dan Asia tenggara, dan, walaupun nama mereka sedikit keren, mereka tidak bisa benar-benar terbang. Ketika Ular terbang ingin pergi dari satu pohon ke yang lain, dia meluncurkan diri ke udara dan saat melayang keluarlah tulang rusuk dari dalam perutnya, sehingga tubuhnya melebar dan berubah seperti sayap. Ular Terbang adalah glider bahkan lebih baik daripada tupai terbang. Tupai dapat meluncur hingga 60 meter dari satu pohon ke yang lain, Ular Terbang dapat meluncur hingga 100 meter atau lebih, dan mereka benar-benar “meluncur” di udara, yang memberikan mereka stabilitas yang lebih baik. Ular ini tidak berbahaya bagi manusia.Makanan utamanya adalah kadal dan binatang kecil lainnya. Ular ini menghabiskan sebagian besar waktunya di pohon.




Tentacled Snake (Ular berTentakel)

Ular air lain dari Asia Tenggara, ini adalah spesies yang unik, spesies terakhir yang masih hidup dari genus nya. Bagian yang paling terkenal dari ular ini adalah tentakel berdaging aneh di moncongnya.Tentakel ini sebenarnya mechanosensors sangat sensitif, yang memungkinkan ular untuk mendeteksi gerakan dalam air dan menyerang setiap ikan malang yang berenang di dekatnya. Sifat lainnya yang menarik adalah kecepatan menyerang tentacle dari ular ini sungguh luar biasa, hanya diperlukan 15 milidetik untuk menangkap mangsanya. Meskipun ular tentacle berbisa, bisa-nya tidak menimbulkan ancaman bagi manusia. tubuhnya kecil, hanya 90 cm panjang. Sama seperti ular Gading Gajah, dia sepenuhnya di air dan nyaris tidak dapat bergerak di darat.

Sungai Buloh – “Seluruh badan kebas dan hampir rebah sebaik ibu jari tangan saya dipatuk ular tedung,” kata pegawai Balai Bomba dan Penyelamat Sungai Buloh, Yusafri Mohd Yusof, 29.
Dalam kejadian jam 6.30 petang kelmarin, mangsa dipatuk reptilia berbisa itu ketika sedang bertugas menangkap haiwan itu di Bukit Darah di sini.
Menurutnya, pihak bomba sebelum itu menerima panggilan kecemasan daripada seorang penduduk yang mendakwa seekor ular tedung cuba menceroboh masuk rumahnya.

“Saya bersama rakan setugas kemudian bergegas ke lokasi kejadian untuk menangkap ular itu. Saya cuba membuka ikatan tali, namun ular itu secara tiba-tiba terus mematuk bahagian ibu jari tangan kiri saya. Bagaimanapun saya sempat memindahkan ular itu ke dalam karung guni,” katanya ketika ditemui di wad Hospital Sungai Buluh semalam.
Menurutnya, kesan bisa ular itu menyebabkan dia berasa hampir hitam dan nyaris rebah.

“Namun, saya kuatkan semangat sementara mendapatkan bantuan perubatan walaupun tubuh ketika itu kebas sepenuhnya.
“Saya segera dihantar ke Hospital Sungai Buloh dengan menaiki jentera bomba. Sebaik tiba di hospital, doktor segera memberikan suntikan vaksin sebelum saya dimasukkan ke wad hospital,” katanya yang kini mula stabil.
Yusafri mendakwa kali pertama dipatuk ular sepanjang lapan tahun berkhidmat sebagai anggota bomba dan penyelamat.

“Bagaimanapun kejadian ini tidak mematahkan semangat saya untuk terus berkhidmat untuk masyarakat,” katanya yang dijangka keluar dari hospital beberapa hari lagi.


Ipoh – Seorang pegawai bomba yang tidak sedarkan diri akibat dipatuk ular tedung selar ketika mengadakan demonstrasi menangkap haiwan berbisa di Lumut, Isnin lalu, kini dalam keadaan stabil.
Timbalan Ketua Pengarah Jabatan Bomba dan Penyelamat Malaysia Datuk Amer Yusof berkata, kejadian berlaku ketika pegawai berkenaan, Harun Hasan, 50, yang juga pakar menangkap haiwan berbisa membuat demonstrasi pada satu acara di Pangkalan Tentera Laut Diraja Malaysia (TLDM), Lumut pada jam 5 petang.
“Harun cedera pada lengan kanan dipatuk ular sepanjang 2.5 meter itu.
“Pada mulanya dia mendapat rawatan kecemasan di Hospital Angkatan Tentera dalam Pangkalan TLDM sebelum dipindahkan ke Hospital Raja Permaisuri Bainun, di sini, yang mempunyai bekalan ubat anti-venom ular tedung selar.
“Dia kini dalam keadaan stabil, namun masih dalam pengawasan doktor,” katanya yang memberitahu Harun bertugas di Balai Bomba dan Penyelamat Serdang, Kedah.
Menurutnya, mereka yang terbabit dalam demonstrasi itu adalah pakar serta menjadi tenaga pengajar kepada agensi kerajaan lain.